Sabtu, 21 Juni 2014

Cara Mempercepat Koneksi Internet dengan Software Paling Ampuh

assalamualaikum wr. wb.


sebelumnya saya sudah menuliskan beberapa trik yang saya sukai... hehhe
pada kali ini saya akan sedikit berbagi pengalaman tentang lagi-lagi mempercepat koneksi internet, tapi kali ini saya akan menjelaskan cara yang menggunakan softwere, cara ini
simple dan saya yakin kalian semua pasti bisa melakukannya, mempercepat koneksi internet
dengan menggunakan softwere memang banyak sih yang corat coret sana sini,,, tapi menurut
saya software yang paling cocok  cuma satu, pengen tau ggak apakah itu,? nanti dulu ya....
hehehe
software ini hanya berlaku pada mozilla firefox dan chrome aja sob.. buat pengguna
opera,,, maapin ane ya... hehehe
langsung aja ya, udah kelamaan basa-basinya heehe.. maap maap..
software ini namanya speedyfox sob, software ini fungsinya untuk meringankan pekerjaan
chrome dan firefox, ya sedikit membantu sih.. walupun sedikit kan namanya juga membantu ya nggak..
caranya simple banget sob,, hanya beberapa langkah aja kok...
berikut cara-caranya
1. download dulu softwarenya, kalo nggak punya silahkan download di sini
2. ekstrak dulu ya,,, ada yang belum cara ekstrak...walah kebangetan amat sih... caranya
gini klik kanan pada filenya dan klik ekstrak here,,, beres kan..
3. tutup dulu firefox dan chromenya.... udah?
4. buka aplikasi yang kita download tadi..udah kan?    tinggal klik optimmize ..tunggu

nyampek selesai ya sob.. udah cuma gitu doang... silahkan nikmati internetan cepatnya,,,
hehhe.

kalo masih tetep aja gak mau cepet, berarti udah fup ataupun udah habis kuotanya, kalau nggak gitu brarti sesuai amal perbuatan,,, hehehe

sekian

Jumat, 31 Januari 2014

Ini Dia, Tujuh Penyebab Indonesia Masih Impor Ikan



Sejumlah pekerja menjemur ikan asin di Perkampungan Nelayan Muara Angke, Jakarta Utara, Ahad (11/9). Saat ini harga ikan asin di Ibu Kota merosot tajam, sekitar 40 persen. (Republika/Aditya Pradana Putra)
REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Indonesia dikenal sebagai negara bahari. Namun, dalam kenyataannya Indonesia masih tetap mengimpor ikan dari luar negeri. Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Prof Rokhmin Dahuri, mengatakan, ada tujuh faktor penyebab Indonesia masih mengimpor ikan dari luar negeri.
"Salah satu penyebabnya, produksi ikan umumnya bersifat musiman, sedangkan kebutuhan konsumsi ikan tidak kenal musim," ujarnya di Jakarta, Kamis (5/1).

Menurut Rokhmin, penyebab lainnya adalah adanya kesenjangan antara daerah produksi perikanan -- umumnya di Kawasan Timur Indonesia dan di luar Jawa -- dengan daerah konsumsi dan pemasaran -- pulau Jawa. Selain itu, kata dia, impor ikan juga dipicu oleh infrastruktur dan sarana transportasi antarwilayah di Indonesia, banyaknya daerah produksi ikan yang tidak dilengkapi dengan "cold storage", dan masih maraknya pencurian ikan atau "illegal fishing".

Rokhmin menambahkan, impor ikan juga disebabkan  masih banyaknya pengusaha yang hanya bermental pedagang sehingga hanya mencari keuntungan tanpa peduli terhadap kepentingan bangsa. "Banyak pengusaha yang mentalnya instan atau bermental pedagang, bukan industriawan," katanya. Faktor lainnya, terkait dengan penegakan hukum yang dinilai masih lemah.

Sementara itu, Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Victor Nikijuluw mengatakan, saat ini masih terdapat sejumlah barang impor yang harus segera dicarikan substitusi impor dari produksi yang dihasilkan dari dalam negeri. Victor mengemukakan, sejumlah komoditas terkait substitusi impor tersebut antara lain adalah tepung ikan dan tepung udang, lemak minyak ikan, ikan kaleng, makanan udang (pelet), dan beragam produk olahan.

Pihaknya juga sedang mempersiapkan strategi terkait dengan Sistem Logistik Ikan Nasional (SLIN) yang diyakini juga akan mengoptimalkan produksi dan distribusi dalam negeri. "Sebentar lagi akan terbit peraturan pemerintah yang didalamnya akan terdapat tentang SLIN yang akan memberikan suplai kepada konsumen secara berkelanjutan," katanya.

Pengusaha Minta Gita Perbanyak Cold Storage Untuk Dukung Ketahanan Pangan

SPC, Jakarta – Ketua Umum Gabungan Perusahaan Perunggasan Indonesia (GAPPI) Anton J. Supit mengatakan untuk mencapai ketahanan pangan dan mengatasi kekurangan stok selama puasa dan Lebaran, dibutuhkan perubahan dan edukasi kebiasaan masyarakat. Perubahan dan edukasi yang dimaksud adalah penggunaan peralatan logistik berpendingin atau cold storage untuk menjadi media penyimpangan bahan pangan. Pasalnya selama ini, menurut Anton, masyarakat Indonesia terbiasa memakan makanan segar, misalnya ayam yang baru dipotong. “Padahal di luar negeri sudah lazim menggunakan cold storage. Bahkan, jika menggunakan cold storage ada bahan makanan yang tahan hingga 1 tahun. Kualitasnya hampir sama,” ujar Anton, seperti dikutip, Sabtu (13/7/2013). Selain itu, Anton menambahkan, diperlukan pula regulasi dari pemerintah untuk mendorong pengubahan kebiasan tersebut. Dia mencontohkan Peraturan Daerah DKI Jakarta No.4/2007 tentang Pengendalian Pemeliharaan dan Peredaran Unggas dan Peraturan Guburnur No.19/2009 tentang Lokasi Penampungan dan Pemotongan Unggas. Regulasi tersebut mengharuskan relokasi pemotongan ayam tradisional ke rumah pemotongan ayam. Meski demikian, Anton menyebutkan regulasi ini tak berjalan selama 7 tahun terakhir. “Kalau ini dijalankan dengan baik, kita bisa melakukan stok jika produksi berlebih. Namun, saat ini sulit karena masyarakat cenderung tidak mau. Seperti saat ini kita kekurangan stok, malah harus impor. Kalau tidak ada yang stok ready bagaimana? pungkas Anton. Sebelumnya, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengatakan untuk menjaga stabilitas harga pangan, pihaknya mengimpor komoditas prioritas di antaranya daging sapi, daging ayam, cabe rawit, dan bawang. Untuk ketersediaan stok daging ayam, Anton mengklaim telah memasuk 500.000 ton untuk 3 bulan. Adapun kebutuhan daging ayam per tahun mampu mencapai 2,1 juta ton. (SPC/25/Bisnis) - See more at: http://suarapengusaha.com/2013/07/13/pengusaha-minta-gita-perbanyak-cold-storage-untuk-capai-ketahanan-pangan/

Habiskan Miliaran Rupiah Cold Storage Belum Operasi


Jakarta,Kompasiana.com-Pembangunan gedung Cold Storage oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelola Kawasan Pelabuhan Perikanan dan Pangkalan Pendaratan Ikan (PKPP dan PPI) Dinas Kelautan dan Pertanian DKI Jakarta di kawasan Muara Angke,Kel.Pluit,Kec.Penjaringan,Jakarta Utara, yang menghabiskan total anggaran dari tahun 2007,2008 dan 2009 senilai Rp 19 miliar,sampai saat masih menyimpan masalah soal dasar hukum ketetapan tarif sewa.
“Sampai saat ini belum bisa disewakan untuk umum,karena belum ada dasar hukum soal berapa besar tarif sewa yang ditetapkan. Tidak ada Peraturan Daerah (Perda) DKI Jakarta yang mengatur besaran tarif sewa untuk cold storage (tempat pembekuan ikan),” ujar Iwan Sudarmawan, Kepala Seksi Fasilitas UPT PKPP dan PPI Muara Angke,kemarin.
Dia sangat menyayangkan kenapa dalam perencanaan pembangunan cold storage yang menghabiskan APBD DKI Jakarta puluhan miliaran rupiah itu tidak diikutsertakan Perda untuk retribusi sewa. Akibatnya, sampai saat ini cold storage yang sudah rampung 80% itu tidak bisa disewakan pada umum.
Iwan sudah berusaha berkonsultasi kepada Biro Hukum DKI Jakarta dan Biro Pengelolaan Keuangan Daerah (BPKD) untuk mencari dasar hukum lain selain Perda untuk menetapkan besaran tarif sewa cold storage. Juga saat ini lagi dicari dasar hukum berupa Peraturan Pemerintah dan Surat Keterangan Menteri Keuangan soal dasar acuan untuk menetapkan sewa cold storage untuk dituangkan berdasarkan SK Gubernur DKI Jakarta.
Bila tidak ada dasar hukum lain, selain harus menggunakan Perda dalam tarif sewa maka operasional cold storage itu akan menjadi kendala.Alasannya, untuk membuat Perda bukanlah hal mudah dan membutuhkan waktu yang sangat panjang. Begitu juga kalau ingin merevisi Perda untuk ketentuan tarif retribusi sewa cold storage juga membutuhkan waktu 1-2 tahun.
Apa yang terjadi bila semua usaha untuk mengoperasikan cold storage agar bisa dimanfaatkan nelayan tetapi karena dasar hukumnya untuk tarif sewa tidak ada, maka anggaran yang telah dihabiskan puluhan miliar itu menjadi sia-sia dan peralatan cold storage yang terpasang untuk pembekuan ikan akan cepat rusak bila dibiarkan beberapa tahun tanpa dioperasikan.

Rabu, 18 Mei 2011

Ekspor Udang Dunia Melemah

01 May 2011


Ekspor Udang Dunia Melemah
Berdasarkan rilis teranyar National Marine Fisheries Service (NMFS), harga udang vannamei, windu, dan jerbung untuk semua ukuran di pasar Jepang sejak (29/11/2010) sampai (28/3/2011) tidak ada pergerakkan kecuali dari sisi nilai tukar Yen. Nilai tukar Yen pada (28/2/2011) sampai (14/3/2011) berada di posisi 83 Yen per US$. Sempat menguat pada (22/3/2011) menjadi 82 Yen per US$dan kembali ke posisi sebelumnya yakni 83 Yen per US$ pada (28/3/2011).
Jika diamati hampir semua negara eksportir udang mengalami penurunan jumlah ekspor udang ke pasar Jepang. Misalnya udang Indonesia pada Januari 2011, mencatatkan angka ekspor 2.832 MT (Metrik Ton), sementara Februari 2011 hanya 2.112 MT atau terjadi penurunan 720 MT. Walaupun terjadi penurunan, tetapi posisi Indonesia masih di tempat ke dua. Jika dibandingkan dengan Februari 2010 angkanya hampir sama yakni 2.120 MT atau hanya selisih 8 MT dari total Februari 2011.
Sama halnya dengan Indonesia, Thailand juga mengalami penurunan jumlah ekspor udang ke pasar Jepang. Tercatat pada Febuari 2011, Negeri Gajah Putih ini membukukan angka ekspor 2.368 MT atau menurun 843 MT dari angka 3.211 MT pada Januari 2011. Jika membandingkan dengan Februari 2010 tercatat 2.976 MT atau lebih besar 608 MT dari total Februari 2011. Anjloknya angka ekspor Thailand, tidak membuat posisinya pada peringkat teratas tergeser.
Selanjutnya Vietnam, setelah digeser oleh Indonesia pada dua bulan terakhir, pada Febuari 2011, Negeri Paman Ho ini juga masih berada di peringkat ke tiga. Pada Febuari 2011, Vietnam membukukan angka ekspor 2.038 MT atau lebih kecil 758 MT dari bulan sebelumnya yang tercatat 2.796 MT. Jika dibandingkan dengan Februari 2010, Vietnam membukukan angka 2.328 MT dan berada di peringkat ke dua. Artinya terjadi penurunan 290 MT dari angka yang dibukukan pada Februari 2011.
Sementara itu, negara yang menempati posisi ke empat dan ke lima di pasar Jepang juga mengalami penurunan angka ekspor. Berada di posisi ke empat pada Febuari 2011 adalah India yang mencatatkan angka ekspor 1.429 MT atau lebih kecil 424 MT dibandingkan Januari 2011 sebesar 1.853 MT. Lalau pada peringkat ke lima ditempati China dengan membukukan angka ekspor 931 MT atau menurun 458 MT dari bulan sebelumnya.
Negara-negara produsen udang yang menduduki 5 besar di pasar udang Jepang mengalami penurunan jumlah ekspor. Tercatat total keseluruhan impor udang pasar Jepang pada Febuari 2011 yakni 12.858 MT atau menurun hingga 3.571 MT dibandingkan bulan Januari 2011 yang masih berada di angka 16.429 MT.
Total jumlah negara yang ikut melakukan transaksi di Pasar Jepang pada Febuari 2011 ini diikuti tidak kurang dari 28 negara. Jika dibandingkan dengan Febuari 2010, total angka impor yang tercatat di pasar Jepang sebesar 13.135 MT atau terjadi penurunan 277 MT.

Pasar Amerika Serikat
Seperti halnya yang terjadi di Negeri Sakura, di pasar udang Amerika Serikat (AS) juga tampak tren penurunan angka ekspor dari beberapa negara. Secara keseluruhan total impor udang AS juga menurun pada Febuari 2011 jika di bandingkan bulan sebelumnya. Penurunan yang signifikan juga terjadi pada ekspor udang Indonesia ke pasar AS.
Pada Febuari 2011, Indonesia membukukan angka ekspor 4.335 MT atau lebih kecil 1.694 MT dari bulan sebelumnya yang tercatat 6.029 MT. Penurunan angka ekspor ini, membuat Indonesia harus rela turun satu peringkat dari posisi ke dua menempati posisi ke tiga. Jika membandingkan dengan Februari 2010, angka ekspor Indonesia ke pasar AS sebesar 4.563 MT atau lebih besar 228 MT dari Februari 2011.
Sama halnya seperti Indonesia, sang jawara Thailand juga mengalami tren penurunan ekspor. Walaupun masih belum ada yang mampu menggeser posisi teratas Negeri Gajah Putih di pasar AS. Tercatat pada Febuari 2011, Thailand membukukan angka ekspor 11.089 MT atau menurun drastis 4.917 MT dari bulan sebelumnya. Pada Januari 2011 lalu tercatat angka ekspor Thailand ke pasar AS sebesar 16.006 MT.
Kondisi kebalikan justru terjadi pada Ekuador, selain berhasil merebut posisi Indonesia di peringkat ke dua. Angka ekspor Ekuador meningkat 1.334 MT dari bulan sebelumnya dari 3.873 MT menjadi 5.207 MT pada Febuari 2011.
Posisi ke empat dan ke lima di tempati China dan Vietnam dengan angka ekspor masing-masing 2.474 MT dan 2.303 MT. Vietnam yang sempat terdepak dari posisi 5 besar pada bulan lalu. Penurunan angka ekspor maupun peringkat juga dialami China, pada Febuari 2011 China menempati peringkat ke empat padahal bulan sebelumnya masih berada di peringkat ke tiga dengan membukukan angka 4.279 MT.
Total seluruh transaksi perdagangan udang di pasar AS pada Febuari 2011 sebesar33.889 MT atau menurun 7.272 MT dari Januari 2011 yang tercatat 45.299 MT. Jika dibandingkan dengan total impor pasar udang AS pada Febuari 2010 total impor pasar udang AS tercatat 35.011 MT atau lebih kecil 1.122 MT dari Februari 2011. Setidaknya ada 32 negaramelakukan transaksi perdagangan udang di pasar AS.
Selengkapnya baca majalah Trobos edisi Mei 2011

Senin, 28 Maret 2011

Jenis-jenis Potongan Ikan

1. FILLET      : Ikan dipotong disisi tulang ikan
2. DRESSED  : potongan ikan dengan kepala dan sirip (isi perut, sisik dan insang dibuang)
3. STEAK      : Ikan dipotong menyilang dari ikan dressed
4. GUTTED    : Ikan utuh dengan seluruh isi perut dibuang